“Aku ingin pergi saja dari rumah, titip adekmu” Aku hanya bisa terdiam, tidak menjawab perkataan ibu Ibu sudah sering seperti itu, biarkan saja Paling juga hanya gertakan, tak pernah benar-benar pergi meninggalkan. “Tolong carikan, hanya kamu yang bisa ibu mintain tolong, harus kemana lagi kalau bukan kamu” “Tidak ada siapa-siapa lagi bu, yang bisa saya tanya” “Tolonglah, ibu perlu sore ini, kalau tidak ibu stres mikirinnya tidak berhenti-henti” Siapa suruh berhutang jika tidak mampu membayar, batinku Aku tidak bisa mengucapkan langsung seperti itu pada ibu Bisa-bisa aku yang jadi sasarannya untuk kata-kata kasar dan hinaan itu Tidak percaya? Ibuku tidak seperti ibu-ibu biasanya Suka ngomong kasar bahkan mendoakan yang jelek-jelek terhadap anaknya sendiri Terakhir aku tau kalau dia mengadu domba antara aku dan temannya yah sahabatnya lah yang dia katakan “Kamu itu sebagai anak tidak tahu apa-apa, teman-teman ibu yang sering menolong ibu” Kata-kata itu te
akankah semuanya masih sama? terlihat mesra seperti biasa? bukankah kau melihat segala sesuatu sekarang telah kering? lebih gelap? seperti ruangan yang sudah tidak berpenghuni. kini sudah tidak sama lagi seperti sebelum-sebelumnya. Lalu apakah aku akan menyalahkan? tidak. tentu tidak. aku tidak akan mungkin berani. lebih baik aku menyalahkan diriku daripada menyalahkan orang lain. mungkin aku yang kurang mungkin aku yang lupa mungkin aku yang tidak bermaksud demikian bisa jadi dia sudah benar dengan jalannya dan aku yang salah. terlalu memaksakan perasaan yang aku senangi hingga lupa akan kemana aku melangkah. aku tak mau memikirkan ini lagi, tidak. membuatku bertambah perih setiap detiknya tapi sebaliknya ia terus ada di ingatanku seperti menghantui aku kalut malam itu. ruangan ini kosong. tak ada suara, tak ada cahaya, tak ada kehidupan itu caraku memandang kamarku sendiri sekarang. padahal tidak begitu, ini sudah tengah hari, sinar matahari sudah